Senin, 26 April 2010

Rupiah di bawah rp 9000

JAKARTA - Ketua Umum Federasi Gabungan Elektronik Rachmat Gobel mengungkapkan bila kondisi rupiah masih berada di bawah Rp9.000 per USD akan berimbas ke pasar domestik.

"Kalau di bawah Rp9.000, orang akan lebih tertarik mengimpor. Imbasnya ke pasar domestik itu. Nah, kalau ekspor, tidak ada daya saing," kata Rachmat, di Jakarta, Selasa (26/4/2010).

Menurutnya, pemerintah seharusnya sudah memiliki instrumen yang jelas untuk mengatasi penguatan tersebut. "Bagi sektor usaha, yang penting stabil dan jangan terlalu kuat (rupiahnya)," tuturnya.

Rachmat menambahkan, kondisi yang memangkas kontribusi ekspor tersebut, tidak lantas mengganggu perekonomian nasional yang ditargetkan dapat tumbuh tujuh persen dalam lima tahun mendatang.

Direktur Pemasaran Krakatau Steel (KS) Irvan Kamal Hakim menyatakan, rupiah yang menguat dapat berdampak buruk pada porsi ekspor baja. "Kalau rupiah itu kan yang kita cari kestabilan. Kita tidak terlalu mengharapkan rupiah turun atau naik cepat. Kita berharap bisa stabil di angka Rp9.050 per USD," tandasnya.

Dirinya tidak memungkiri bila pelemahan rupiah melemah saat ini lebih bagus untuk meningkatkan nilai ekspor. Saat ini porsi ekspor di kuartal I-2010 sebesar tujuh persen, padahal diharapkan bisa menembus angka 15 persen.

"Kalau rupiah terlalu kuat, kita hanya bisa menjual produk di dalam negeri ketimbang ekspor. Kemarin Rp9.200-Rp9.300 per USD itu sebenarnya sudah oke. Kita maunya gradual. Sehingga ekspor tidak terhambat,"

Tidak ada komentar: